Cinta Salman Al-Farisi yang Bertepuk Sebelah Tangan

Rabu, 14 Oktober 2015


Salman al Farisi adalah salah satu sahabat Rasulullah dari Persia. Lelaki yang baru terbebas dari perbudakan fisik dan perbudakan konsepsi hidup ini ternyata mencintai seorang wanita shalihah dari Madinah. Dimintanya sahabat dekatnya Abu Darda’ untuk melamarkan gadis itu untuknya. Dengan aksen madinah Abu Darda memperkenalkan Salman kepada wanita tersebut. Salman hanya diam dan jantungnya sangat berdebar-debar. “Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya,” tutur Abud Darda’ dengan fasih dan terang “Kehormatan bagi kami” kata ayah dari wanita tersebut. “Kami sangat menerima Anda berdua sahabat Rasulullah yang mulia. Tetapi jawaban sepenuhnya kami serahkan pada putri kami” dibalik tirai gadis itu berkata, “Maafkan atas keterusterangan ini” kata suara lembut itu. Ternyata suara dari gadis ibu tersebut. ”Tapi, karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman”. Mendengar jawaban tersebut Salman tidak lantas bersedih hati. Dia adalah lelaki shalih. Lelaki yang menurut Ali bin Abi Thalib adalah sosok perbendaharaan ilmu lama dan baru, serta lautan yang tak pernah kering. Ia memang dari Persia, tapi Rasulullah berkata tentangnya, “Salman Al Farisi dari keluarga kami, ahlul bait.” Lelaki yang bertekad kuat untuk membebaskan dirinya dari perbudakan dengan menebus diri seharga 300 tunas pohon kurma dan 40 uqiyah emas. Lelaki yang dengan kecerdasan pikirnya mengusulkan strategi perang parit dalam Perang Ahzab dan berhasil dimenangkan Islam dengan gemilang. Lelaki yang di kemudian hari dengan penuh amanah melaksanakan tugas dinasnya di Mada’in dengan mengendarai seekor keledai, sendirian. Lelaki yang pernah menolak pembangunan rumah dinas baginya, kecuali sekadar saja. Lelaki yang saking sederhana dalam jabatannya pernah dikira kuli panggul di wilayahnya sendiri. Lelaki yang di ujung sekaratnya merasa terlalu kaya, padahal di rumahnya tidak ada seberapa pun perkakas yang berharga. Lelaki shalih ini, Salman Al Farisi, ditolak pinangannya oleh perempuan yang dicintanya. “Tetapi” lanjut ibu tersebut “Jika Abu Darda’ memiliki tujuan yang sama maka putri kami akan menyiapkan jawaban iya”. Bayangkan bagaimana seseorang yang jika tidak memiliki hati yang besar dan ikhlas pasti akan marah. Orang yang diminta membantu melamarkan gadis yang dicintai ternyata lebih dicintai oleh gadis tersebut. Akhirnya dinikahkanlah gadis shalihah tersebut dengan Abu Darda’ dan Salman pun mengiklaskannya. Masyallah, semoga kita bisa mencontoh keikhlasan hati seorang Salman Al Farisi.

Sumber
 

Blog val3ntz Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger